Senin, 07 Mei 2012

anemia

Anemia, perkataan yang berasal daripada bahasa Greek (?ναιμία) yang membawa pengertian "tiada darah", merujuk kepada kekurangan sel darah merah (RBC) dan/atau hemoglobin. Ini mengurangkan keupayaan darah untuk memindahkan oksigen ke tisu-tisu, dan mengakibatkan hipoksia; oleh sebab semua sel manusia bergantung kepada oksigen untuk hidup, tingkat anemia yang berbeza-beza menimbulkan berbagai-bagai akibat klinikal. Hemoglobin (protein yang membawa oksigen di dalam sel darah merah) harus hadir untuk memastikan pengoksigenan yang mencukupi bagi semua tisu dan organ badan.
Hemoglobin adalah pigmen yang membuat sel darah berwarna merah yang pada akhirnya akan membuat darah manusia berwarna merah. Menurut fungsinya, hemoglobin merupakan media transport oksigen dari paru paru ke jaringan tubuh. Seperti kita ketahui bersama, oksigen merupakan bagian terpenting dari metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Hemoglobin juga berfungsi membawa karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas.
            Penyakit anemia adalah dimana kondisi jumlah sel darah merah dalam darah tidak normal atau rendah. Dokter kadang-kadang menjelaskan penyakit anemia sebagai seseorang yang memiliki darah rendah. Seseorang yang menderita kurang darah disebut anemia.Yang disebut anemia pada umumnya adalah gejala berkurangnya kadar eritrosit atau sel darah merah dan hemokrom dalam darah.



2.2  Macam-macam anemia
Secara umum, terdapat tiga jenis utama anemia, diklasifikasikan menurut ukuran sel darah merah:
1. Jika sel darah merah yang lebih kecil dari biasanya, ini disebut microcytic anemia. Penyebab    utama dari jenis ini adalah anemia kekurangan zat besi dan hemoglobin.
2. Jika ukuran sel darah merah yang normal dalam ukuran (tetapi jumlahnya rendah), ini disebut normocytic anemia, seperti anemia yang menyertai penyakit kronis atau anemia yang berhubungan dengan penyakit ginjal.
3. Jika sel darah merah lebih besar dari biasanya, maka disebut macrocytic anemia. Penyebab utama dari jenis ini adalah yang berkaitan dengan alkohol.

2.3 Klasifikasi anemia
a. Anemia karena hilangnya SDM
Terjadi akibat perdarahan karena berbagai sebab seperti perlukaan , perdarahan gastrointestinal , perdarahan uterus , perdarahan hidung , perdarahan akibat operasi
b. Anemia karena menurunya produksi SDM
Dapat disebabkan karena kekurangan unsur­ penyusun SDM ( asam folat , vitamin B12 , zat besi ) , gangguan fungsi sum – sum tulang ( adanya tumor , pengobatan , toksin ) , tidak adekuatnya stimulasi karena berkurangnya erittropoitein ( pada penyakit ginjal kronik ) .
 1. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan gejala kronis dengan keadaan hipokromik        ( konsentrasi Hb kurang ) , mikrositik yang disebabkan oleh suplai besi kurang dalam tubuh . kurangnya besi berpengaruh dalam pembentukan Hb sehingga konsentrasinya dalam SDM berkurang , hal ini akan mengakibatkan tidak adekuatnya pengangkutan oksigen keseluruh jaringan tubuh .pada keadaan normal kebutuhan besi orang dewasa adalah 2- 4 gm.Pada laki – laki kebutuhan besi adalah 50 mg/ kg BB dan pada wanita 35 mg /kg BB ( Lawrence M Tierney,2003 ) dan hamper 2/3 terdapat dalam Hb .absorbsi besi terjadi dilambung , duodenum dan jejunum bagian atas.adanya erosive esofagitis , gaster , ulser duo denum , kanker dan adenoma kolon akan mempengaruhi absobsi besi.
2. Anemia megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena rusaknya sintesis DNA yang mengakibatkan tidak sempurnanya SDM . keadaan ini disebabkan karena defisiensi vitamin B12 dan asam folat.karakteristik SDM ini adalah adanya megaloblas abnormal ,perematur denga fungsi yang tidak normal dan dihancurkan semasa dalam sum – sum tulang sehingga terjadinya eritropoeisis dengan masa hidup eritrosit yang lebih pendek.yang akan mengakibatkan leucopenia, trombositopenia.
·         Patofisiologi
Timbulnya megaloblas akibat adanya gangguan maturasi intisel akibat gangguan DNA sel-sel eritroblas . Sebagai reaksi biokimia dalam tubuh untuk sintesis DNA adanya defisiensi folat akan mengganggu sintesis DNA hingga terjadi gangguan maturasi sel dengan akibat timbulnya sel-sel megaloblas. Demikian pula defisiensi vitamin B12 yang bermanfaat sebagai reaksi metilasi homosistin menjadi metionin dan reaksi ini breperan dalam mengubah meti THF menjadi DHF, yang berperan dalam sintesis DNA. Gejala lain yang menonjol pada defisisnsi vitamin B12 adalah neuropati dan menurut suatu teori hal ini terjadi akibat gangguan sintesis S adenosil metionon , salah satu bahan metabolit yang penting untuk susunan saraf. 
.3. Anemia defisiensi vitamin B12 .
Merupakan gangguan autoimun karena tidak adanya factor intrinsic yang diproduksi di sel parietal lambung , sehingga terjadi gangguan absobsi vitamin B12.

4. Anemia defisiesi asam folat
Kebutuhan folat sangat kecil biasanya terjadi pada orang yang kurang makan sayuran dan buah – buahan , gangguan pada pencernaan , alkolik dapat meningkatkan kebutuhan folat , wanita hamil , masa pertumbuhan . defisiensi asam folat juga dapat mengakibatkan sindrom malabsobsi . Karena tubuh hanya menyimpan asam folat dalam jumlah kecil, maka suatu makanan yang sedikit mengandung asam folat, akan menyebabkan kekurangan asam folat dalam waktu beberapa bulan.

Kekurangan asam folat terjadi pada:

1. Kekurangan asam folat lebih sering terjadi dunia Barat dibandingkan dengan kekurangan vitamin B12, karena disana orang tidak cukup memakan sayuran berdaun
yang mentah.
2. Penderita penyakit usus halus tertentu, terutama penyakit Crohn dan sprue, karena terjadi gangguan penyerapan asam folat.
3. Obat anti-kejang tertentu dan pil KB, karena mengurangi penyerapan asam folat.
4. Wanita hamil dan wanita menyusui, serta penderita penyakit ginjal
yang menjalanihemodialisa, karena kebutuhan akan asam folat meningkat.
5. Peminum alkohol, karena alkohol mempengaruhi penyerapan dan metabolisme asam folat.
5. Anemia aplastik
Terjadi akibat ketidak sanggupan sum – sum tulang untuk membentuk sel – sel darah. Kegagalan tersebu Asam folat adalah vitamin yang terdapat pada sayuran mentah, buah segar dan daging; tetapi proses memasak biasanya dapat merusak vitamin ini.

c.  Anemia karena meningkatnya destruksi SDM dan tidak adekuatnya produksi SDM biasanya karena factor – factor :
- kemampuan respon sum – sum tulang terhadap penurunan SDM kurang karena meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah
- meningkatnya SDM yang masih muda dalam sum – sum tulang dibandingkan yang matur atau matang .
- ada atau tidaknya hasil destruksi SDM dalam sirkulasi ( peningkatan kadar bilirubin
1. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi akibat peningkatan hemolisis dari eritrosit sehingga usia SDM lebih pendek yang disebabkan oleh : 5% dari jenis anemia , herediter , Hb abnormal , membrane eritrosit rusak , thalasemia , anemia sel sabit ,reaksi autoimun , toksik , kimia , pengobatan , infeksi , kerusakan fisik .
2.  Anemia sel sabit
Adalah anemia hemolitk berat yang ditandai dengan SDM kecil sabit ,dan pembesaran limfa akibat kerusakan molekul Hb .

2.4 Penyebab anemia
Sejumlah faktor dapat meningkatkan penghancuran sel darah merah:
-Pembesaran limpa (splenomegali)
- Sumbatan dalam pembuluh darah
- Antibodi bisa terikat pada sel darah merah dan menyebabkan sistem kekebalan menghancurkannya dalam suatu reaksi autoimun
- Kadang sel darah merah hancur karena adanya kelainan dalam sel itu sendiri (misalnya kelainan bentuk dan permukaan, kelainan fungsi atau kelainan kandungan hemoglobin)
- Penyakit tertentu (misalnya lupus eritematosus sistemik dan kanker tertentu, terutama limfoma)
- Obat-obatan (misalnya metildopa, dapson dan golongan sulfa).
Kekurangan zat besi
- Perdarahan
Perdarahan yang banyak saat trauma baik di dalam maupun di luar tubuh akan menyebabkan anemia dalam waktu yang relatif singkat. Perdarahan dalam jumlah banyak biasanya terjadi pada maag khronis yang menyebabkan perlukaan pada dinding lambung.
- Genetik
Kelainan herediter atau keturunan juga bisa menyebabkan anemia. Kelainan genetik ini terutama terjadi pada umur sel darah merah yang terlampau pendek sehingga sel darah merah yang beredar dalam tubuh akan selalu kekurangan. Anemia jenis ini dikenal dengan nama sickle cell anemia. Gangguan genetik juga bisa menimpa hemoglobin yang mana produksi hemoglobin menjadi sangat rendah. Kelainan ini kita kenal dengan nama thalasemia.
- Kekurangan vitamin B12
Anemia yang diakibatkan oleh karena kekurangan vitamin B12 dikenal dengan nama anemia pernisiosa.
- Kekurangan asam folat
Kekurangan asam folat juga sering menyebabkan anemia terutama pada ibu ibu yang sedang hamil.
- Pecahnya dinding sel darah merah
Anemia yang disebabkan oleh karena pecahnya dinding sel darah merah dikenal dengan nama anemia hemolitik. Reaksi antigen antibodi dicurigai sebagai biang kerok terjadinya anemia jenis ini.
-Gangguan sumsum tulang
Sumsum tulang sebagai pabrik produksi sel darah juga bisa mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik dalam menghasilkan sel darah merah yang berkualitas. Gangguan pada sumsum tulang biasanya disebabkan oleh karena mestatase sel kanker dari tempat lain.
2.5.  Gejala dan tanda-tanda dari anemia
Gejala umum yang terjadi pada seseorang dengan anemia adalah lemas, pusing, cepat lelah, mudah mengantuk, sesak napas, berdebar, tampak pucat yang dapat dilihat dari konjunktiva di bagian mata. Kadang dapat dilihat kulit yang kering, kuku yang tampak tidak sehat atau kulit yang berwarna kuning.
Keadaan ini dapat menyertai orang yang sulit makan, sakit lama, terdapat perdarahan kronik (menstruasi banyak dan lama, infeksi cacing tambang, dan lain-lain), kelainan bawaan pada eritrosit, penyakit keganasan, ibu hamil dan menyusui serta orang lanjut usia. Pada pemeriksaan fisik bisa sampai ditemui adanya pembesaran limpa, hati, kelenjar limfe, pembesaran jantung, tergantung dari beratnya anemia.






2.6 Pengobatan  anemia
          Langkah pertama adalah menentukan sumber dan menghentikan perdarahan, karena perdarahan merupakan penyebab paling sering dari kekurangan zat besi.
Mungkin diperlukan obat-obatan atau pembedahan untuk:
- mengendalikan perdarahan menstruasi yang sangat banyak
- memperbaiki tukak yang mengalami perdarahan
- mengangkat polip dari usus besar
- mengatasi perdarahan dari ginjal.
          Biasanya juga diberikan tambahan zat besi. Sebagian besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan.Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet.
         Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Biasanya diperlukan waktu 3-6 minggu untuk memperbaiki anemia karena kekurangan zat besi, meskipun perdarahan telah berhenti. Jika anemia sudah berhasil diperbaiki, penderita harus melanjutkan minum tablet besi selama 6 bulan untuk mengembalikan cadangan tubuh.
         Pemeriksaan darah biasanya dilakukan secara rutin untuk meyakinkan bahwa pasokan zat besi mencukupi dan perdarahan telah berhenti. Kadang zat besi harus diberikan melalui suntikan.Hal ini dilakukan pada penderita yang tidak dapat mentoleransi tablet besi atau penderita yang terus menerus kehilangan sejumlah besar darah karena perdarahan yang berkelanjutan. Waktu penyembuhan dari anemia yang diobati dengan tablet besi maupun suntikan adalah sama.


                                                                                                  
2.7 pencegahan anemia
Untuk mencegah kekurangan zat besi, sebaiknya mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang mencukupi. Sementara itu, mengatasi anemia yang penting adalah mencari dulu penyebabnya.
Bila penyebabnya telah diobati, penyakit anemia akan sembuh dengan sendirinya. Selain zat besi, konsumsi makanan yang mengandung asam folat dan vitamin B-12. Perhatikan asupan kalsium, kopi dan teh yang berlebihan. Zat-zat ini menghalangi penyerapan zat besi.





















Askep anemia

1.Pengkajian
a. Usia klien
b. Pucat, akibat :
  • Pasca perdarahan
  • Pada defisiensi zat besi
  • Anemia aplastik
  • Anemia hemolitik
  • Anemia megloblastik
c. mudah lelah, akibat kurangnya kadar oksigen di dalam tubuh
d. pusing kepala, akibat terganggunya pasokan aliran darah ke otak
e. napas pendek, akibat rendahnya kadar Hb
f. nadi cepat, karena adanya kompensasi dari refleks kardiovaskuler
g. eliminasi urin dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urin. Penurunan aliran darah ke ginjal sehingga hormone renin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perfusi dengan manifestasi penurunan produksi urin.
h. gangguan pada system saraf, contohnya anemia defisiensi vitamin B 12
i. gangguan pencernaan, pada anemia berat sering timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu makan.
j. pika, yang merupakan suatu keadaan yang berkurang karena klien sering makan makanan yang kurang bergizi atau klien yamg memakan apa saja yang tidak lazim untuk dimakan.
k. iritabel (mudah tersinggung, cerewet)
l. suhu tubuh meningkat karena dikeluarkanya leukosit dari jaringan iskemik
m. pola makan klien, apakah teratur atau tidak

n. pemeriksaan penunjang :
  • Hemoglobin
  • Hematokrit
  • Eritrosit

Data

DO:
  • Hb 7,8 g/dL
  • Nadi 100X/menit
  • Konjungtiva pucat
  • Palpitasi

DS:
  • Klien mengatakan mudah lelah
  • Klien mengatakan sering kunang-kunang
  • Klien mengatakan pusing
  • Klien mengatakan susah tidur (insomnia)
  • Klien mengatakan sesak napas pada waktu istirahat (dispnea)
  • Klien mengatakan nyeri pada dada (chest pain)

Data tambahan :
  • Mukosa mulut kering
  • Kurang minat pada makan
  • BB menurun
  • Napas pendek
  • Penurunan tekanan inspirasi/ekspansi


Analisa data
Data   kunci
Problem
Etiologi
Ds :
  • Sering kunang-kunang
  • Pusing
  • Insomnia
  • Dipsnea pada saat tidur
  • Chest pain
Do :
  • Hb 7,8gr/dl
  • Palpitasi
  • N = 100X/menit
  • Konjungtiva pucat


Do :
  • Konjungtiva pucat
  • Hb 7,8gr/dl
Ds :
  • Mukosa mulut kering
  • Kurang minat pada makan
  • BB menurun
Ds :
  • Klien mengatakan mudah lelah
  • Mudah kunang-kunang
  • Chest pain
Do :
  • N = 100X/menit
  • Hb = 7,8gr/dl
  • Palpitasi


Ds :
  • Dipsnea pada saat tidur
  • Chest pain
  • Napas pendek
  • Penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi
Do :
  • Palpitasi
  • Nadi 100X/menit
  • Hb 7,8gr/dl


Gangguan pola tidur















Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh







Intoleransi aktivitas












Pola napas tidak efektif





Fisiologi sesak pendek















Tidak mampu mengabsorpsi makanan karena faktor biologis







Ketiadakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen










Hipoventilasi

2. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan fisiologi napas pendek ditandai dengan Sering kunang-kunang, pusing, insomnia, dipsnea pada saat tidur, chest pain, Hb 7,8gr/dl, palpitasi, N = 100X/menit dan konjungtiva pucat.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak mampu mengabsorpsi makanan karena faktor biologi ditandai dengan konjungtiva pucat, Hb 7,8gr/dl, mukosa mulut kering, kurang minat pada makan dan BB menurun.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketiadakseimbangan dan suplai oksigen ditandai dengan klien mengatakan mudah lelah, mudah kunang-kunang, chest pain, N = 100X/menit, Hb = 7,8gr/dl dan palpitasi.
4. pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi ditandai dengan dipsnea pada saat tidur, chest pain, napas pendek, penurunan tekanan inspirasi / ekspirasi, palpitasi, N = 100X/menit dan Hb 7,8gr/dl














3. Intervensi
Tgl/jam
No DP
Tujauan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasional
29-mei-2009/10.00
1





















2



















3






























4
Gangguan pola tidur teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam. Dengan kriteria hasil :
  1. Mata klien tidak kunang-kunang lagi.
  2. Insomnia berkurang.
  3. Klien tidak dipsnea pada saat tidur.
  4. Hb kembali noramal







Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi setelah dilakukan tindakan 3X24 jam. Dengan kritera hasil :
1. Konjungtiva idak tampak pucat.
2. Mukosa mulut lembab.
3. Adannya minat untuk makan / nafsu makan kembali normal.
4. Hb kembali normal.







Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan 3X24 jam. Dengan kriteria hasil :
1. TTV kembali noramal.
2. Klien mengatakan tidak mudah lelah lagi.
3. Klien merasa nyaman dan tidak chest pain lagi.
4. Hb kembali norLmal .




















Pola napas tiadak efektif teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3X24 jam. Dengan kriteria hasil :
1. Kadar Hb klien kembali normal.
2. inspirasi dan ekspirasi kembali normal.
3. Klien tidak merasa chest pain lagi.
4. Tidak terjaidi palpitasi lagi.
1. Ajarkan klien tentang factor-faktor yang mempengaruhi pola tidur.
2. Monitor TTV
3. Berikan lingkungan yang tenang, damai dan meminimalkan gangguan.
4. Ajarkan klien untuk menghindari makanan atau minuman yang mengganggu.




1. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan cairan.
2.Ajarkan pasien/klien tentang makanan yang bergizi.
3.Tindakan kolaboratif dengan ahli gizi tentang nafsu makan dan makanan pelengkap pasien.

1. Anjurkan klien agar beristirahat secara teratur.
2. Bantu pasien untuk tirah baring.
3.Kaji ADL.
4. Monitor TTV
5. Observasi kadar Hb.




















1. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.
2. Observasi kadar Hb dalam darah pasien.
3. Monitor TTV klien.
4. Anjurkan agar keluarga atau klien tidak merokok dalam ruangan.
1. Agar klien dapat memperbaiki pola tidurnya.

2. Untuk mengetahui status kesehatan klien.
3. Agar klien dapat tidur dengan nyenyak.
4. karena makanan/minuman tersebut dapat menggangu tidur atau kenyaman tidur.

1.Agar dapat mengetahui perkrmbangan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
2.Agar pasien maupun keluarga dapat mengetahui makanan apa saja yang mengandung gizi tinggi.
3.Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi klien.
1.Agar stamina pasien dapat pulih dengan baik.
2. untuk menghindari resiko cidera, misalnya mencegah dekubitus.
3. untuk mengetahui seberapa jauh klien dapat melakukan aktivitas mandirinya.
4. Untuk mengetahui status perkembangan kesehatan klien.
5. Untuk mengetahui batas normal kadar Hb dalam darah klien.




1.untuk meningkatkan pola pernapasan klien.
2. untuk mengetahui tingkat perkembangan kadar atau batas normal klien.
3. untuk mengetahui status perkembangan kesehatan klien.
4. agar tidak terjadi polusi udara dalam ruangan yang mengakibatkan klien sesak napas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar