Rabu, 05 Desember 2012

HIPERTENSI (TEKANAN DARAH TINGGI)

HIPERTENSI (TEKANAN DARAH TINGGI)
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah kronis (sitolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHG). Semakin tinggi tekanan darah maka akan memiliki risiko terjadinya komplikasi yang semakin tinggi pula. Pada orang tua dengan umur diatas 65 tahun mempunyai risiko terjadinya hipertensi dua kali lebih besar daripada orang muda dengan umur dibawah 65 tahun.

Penyebab terjadinya hipertensi ada dua hal yaitu genetik dan didapat. Pada orang-orang yang mempunyai genetik darah tinggi biasanya sensitif terhadap konsumsi garam yang tinggi, minuman beralkohol, obat kontrasepsi, obat-obatan anti inflamasi non steroid, obat pilek (dekongestan) dan obat-obatan diet (obat-obatan penekan nafsu makan). Sedangkan yang didapat adalah interaksi manusia dengan lingkungannya, misalnya orang yang mudah marah atau tersinggung lebih berisiko terkena hipetensi daripada orang yang sabar. Contoh lain pola konsumsi makanan, seperti makanan berlemak, makanan yang terlalu asin lebih baik dihindari karena dapat menyebabkan hipertensi. Kurangnya olahraga juga merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi.

Mekanisme terjadinya hipertensi ada dua, yaitu hipertensi primer, yang disebabkan oleh karena gangguan fungsi salah satu atau beberapa sebab di bawah ini:
• Cairan ekstrasel yang tinggi
• Gangguan fungsi ginjal
• Faktor-faktor yang dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit
• Resistensi pembuluh darah perifer
• Dan curah jantung yang meningkat

Sedangkan hipertensi sekunder yang mempunyai kemungkinan sembuh lebih besar, disebabkan oleh karena penyempitan pembuluh darah, baik pada pembuluh darah vena maupun pembuluh darah arteri. Pada penyempitan pembuluh darah maka tekanan darah akan meningkat, seperti kita ketahui pada saluran yang lebih sempit dengan jumlah volume yang sama maka tekanan akan semakin tinggi.

Gejala-gejala yang mungkin akan kita temukan antara lain:
• Tekanan darah yang meningkat
• Sakit kepala
• Pandangan yang kabur
• Perasaan berdebar
• Leher dan pundak terasa kaku

Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain:
• Stroke
• Kelaianan pada retina
• Pembesaran jantung kiri
• Gagal jantung
• Jantung koroner
• Edema paru

Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan:
• Adanya albumin dalam urine
• Pembesaran jantung kiri dapat dideteksi baik dengan pemeriksaaan listrik jantung (elektrokardiografi) maupun dengan rontgen dada

Pada pengobatan hipertensi ada lima golongan obat yang dapat digunakan, anara lain:
• Golongan ACE inhibitor
• Golongan ARB
• Golongan Penghambat terowongan kalsium (Calcium Channel Blocker)
• Golongan Diuretik
• Golongan Beta blocker

Namun demikian perubahan pola hidup lebih diutamakan, misalnya:
• Penurunan berat badan
• Olahraga teratur
• Hindari makanan berlemak
• Perbanyak makan sayur dan buah-buahan
• Batasi atau hindari konsumsi garam

Sebab dengan hanya mengubah pola hidup menjadi pola hidup yang lebih sehat maka penggunaan obat-obatan dapat diminmalkan bahkan penderita hipertensi dapat hidup tanpa konsumsi obat hanya dengan perubahan pola hidup.

Minggu, 25 November 2012



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 


Masalah Utama           : Halusinasi
A.    PROSES KEPERAWATAN
1.      Kondisi klien:
-          Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
-          Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
-          Klien mengatakan sering mendengar dan melihat suara-suara yang membisiki dan isinya tidak jelas serta melihat bidadari dan malaikat.
2.      Diagnosa keperawatan:
Gangguan persepsi sensori: halusinasi auditori dan visual
B.     Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1.      Tindakan Keperawatan untuk Pasien

Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1)      Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2)      Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3)      Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi

ORIENTASI:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan STIKES yang akan merawat bapak Nama Saya Yuliani Pamungkas, senang dipanggil Yulia. Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah bapak  mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang bapak  rasakan pada saat mendengar suara itu?”
 ”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak  bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa”
TERMINASI:
Evaluasi subjektif :
”Bagaimana perasaan N  setelah peragaan latihan tadi?”
Evaluasi objektif :
Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut !
Rencana tindak lanjut :
bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien).
Kontrak :
Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”


SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: 

       bercakap-cakap dengan orang lain 


Orientasi:
Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?

Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
Terminasi:
Evaluasi subjektif :
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu?
Evaluasi objektif :
Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi.
Rencana tindak lanjut :
Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul!
Kontrak :
Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: 

       melaksanakan aktivitas terjadwal 

Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai  dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.


Terminasi:
Evaluasi subjektif  :
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara?
Evaluasi objektif :
Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.
Rencana tindak lanjut :
Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)
Kontrak :
Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


Orientasi:
Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai  tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”
Kerja:
bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP)  3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama  kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya  bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
Evaluasi subjektif :
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara?
Evaluasi objektif :
Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).
Rencana tindak lanjut :
Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau  pada keluarga kalau di rumah.
Kontrak :
Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”

2.      Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
  1. Tujuan:
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun
    di rumah
2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
       b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah). Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif bagi pasien  dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah.



Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah: 
1)      Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2)      Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3)      Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4)      Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien

SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.
Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.
ORIENTASI:
Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya yudi perawat yang merawat Bapak”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan apa yang Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau  marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu tidak ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”. 
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak dengan cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut. Bapak  sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung Bapak, katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-suara itu datang?  Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bu”
TERMINASI:
Evaluasi subjektif :
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi Bapak?”
Evaluasi objektif :
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
”Bagus sekali Bu.
Rencana tindak lanjut :
 Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk  mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?”
Kontrak : 
”Jam berapa kita bertemu?”dimana kita mau bertemu ?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
         
          
         SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung          dihadapan pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi  langsung dihadapan pasien.
ORIENTASI:
Selamat pagi”
“Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”
”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak yang sedang  mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak”.   
”mari kita datangi bapak”
KERJA:
”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu bapak mengendalikan suara-suara yang sering bapak dengar. Untuk itu  pagi  ini istri bapak  datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Ibu akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibu  peragakan cara memutus halusinasi yang sedang bapak alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak? Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian bapak. (Pasien memperlihatkan dan dorong istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah,  sekarang saya dan istri bapak ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga
TERMINASI:
Evaluasi subjektif :
“Bagaimana perasaan Ibu  setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan  Bapak?”
 Evaluasi objektif :
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu bila Bapak
         mengalami halusinas”.
Rencana tindak lanjut :
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan harian Bapak.
Kontrak :
Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

ORIENTASI
Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk membicarakan jadual bapak selama dirumah”
 “Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang tamu!”
“Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba Ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?” Bu jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika  hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di berikan tindakan”
TERMINASI
“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat bapak Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya. Sampai jumpa”

LAPORAN PENDAHULUAN waham



LAPORAN PENDAHULUAN

A.     Masalah Utama
 Perubahan isi pikir : waham

B.     Proses terjadinya masalah
1.      Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (1).
Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham. Waham atau delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan dengan semua kenyataan dan tidak ada kaitannya degan latar belakang  budaya (Morgon,1998).
Tanda dan gejala
a.       Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
b.      Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
c.       Takut, kadang panik
d.      Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
e.       Ekspresi tegang, mudah tersinggung
2.      Penyebab
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah. Waham dipengaruhi oleh factor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. Waham dapat dicetuskan oleh tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai perasaan tidak berguna, putus asa, tidak berdaya.
Tanda dan gejala:
      Perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
      Merasa gagal mencapai keinginan (Tim Direktorat Keswa, 2000).
      Rasa bersalah terhadap diri sendiri
      Merendahkan martabat
      Gangguan hubungan sosial
      Percaya diri kurang
      Mencederai diri
.
3.      Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal.
Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang.
Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tanda dan gejala:
      Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
      Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika    sedang kesal atau marah.
      Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
      Mata merah, wajah agak merah.
      Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
      Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
      Merusak dan melempar barang‑barang.

C.    
Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
 
Pohon masalah
Kerusakan komunikasi verbal
 
                                                                                                  












Text Box: Perubahan isi pikir: waham



Core problem
 




 









D.    Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1.      Masalah keperawatan :
a.       Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b.      Kerusakan komunikasi : verbal
c.       Perubahan isi pikir : waham
d.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
2.      Data yang perlu dikaji :
a.       Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
1).    Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri
2).    Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.
b.      Kerusakan komunikasi : verbal
1).    Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
2).    Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata kurang
c.       Perubahan isi pikir : waham ( ………….)
1).    Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
2).    Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
d.      Gangguan konsep diri: harga diri rendah
1).    Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
2).    Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

E.     Diagnosa Keperawatan
a.    Perubahan isi  pikir : waham
b.    Gagguan konsep diri : harga diri rendah





F.      Rencana Keperawatan
Diagnosa I: Perubahan isi pikir : waham
Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
Tujuan khusus :
1.        Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Tindakan :
1.1.     Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
1.2.     Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati,  tidak membicarakan isi waham klien.
1.3.     Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
1.4.     Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri
2.        Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
2.1.      Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
2.2.      Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
2.3.      Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari ‑ hari dan perawatan diri).
2.4.      Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
3.        Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
3.1.      Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
3.2.      Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
3.3.      Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
3.4.      Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
3.5.      Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
4.        Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
4.1.      Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
4.2.      Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
4.3.      Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
5.        Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
5.1.      Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek    samping minum obat.
5.2.      Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,    dosis, cara dan waktu).
5.3.      Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
5.4.      Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6.        Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
6.1.      Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala  waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan  follow up obat.
6.2.      Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
Diagnosa II: gangguan konsep diri : harga diri rendah
Tujuan umum
Kien dapat mengendalikan waham.
Tujuan khusus
1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1.1.      Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik:
§  Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
§  Perkenalkan diri dengan sopan
§  Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
§  Jelaskan tujuan pertemuan
§  Jujur dan menepati janji
§  Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
§  Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2.      Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2.1.     Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
2.2.     Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
2.3.     Utamakan memberi pujian yang realistik.
3.      Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
3.1.      Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
3.2.      Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4.      Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
4.1.      Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.
4.2.      Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
4.3.      Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.
5.      Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
5.1.     Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
5.2.     Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
6.      Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
6.1.      Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harag diri rendah.
6.2.      Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
6.3.      Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.


























DAFTAR PUSTAKA

1.      Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
2.      Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
3.      Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung: RSJP.2000
4.      Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Jakarta: EGC. 1998
5.      …………..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang. 20 – 22 Novembr 2004. unpublished